Latar Belakang Pemilihan Metode PancaLaku

Untuk mengajak orang untuk berbuat baik, anti-korupsi, anti-maksiat dan membasmi penyakit-penyakit sosial lainnya, gerakan SuaraHati menggunakan metode PancaLAKU (Lima Amalan) yang terdiri dari :
(1) Rendah hati (tawadhu’),
(2) Lurus (shiddiq/berintegritas),
(3) Tulus (ikhlas),
(4) Zuhud dan
(5) Fanafillah.
Kelima amalan tersebut digunakan secara sinergis dan berkesinambugan karena:

LEVEL 1 PANCALAKU: Rendah Hati
Adalah mudah untuk mempengaruhi alam bawah sadar orang lain jika kita rendah hati daripada tinggi hati (sombong).
Contoh: Lebih mudah terpengaruh untuk berbuat baik oleh kata-kata Guru yang rendah hati atau Guru yang tinggi hati? Jawabannya sudah jelas, tak perlu saya jawab.

LEVEL 2 PANCALAKU: Lurus
Akan lebih mudah untuk mempengaruhi alam bawah sadar orang lain agar hidup lebih saleh jika kita biasa hidup lurus-jujur.
Contoh: Lebih mudah terpengaruh untuk hidup lebih saleh oleh kata-kata Guru yang lurus atau Guru yang pembohong? Tak perlu saya jawab.

LEVEL 3 PANCALAKU: Tulus
Akan lebih mudah untuk mempengaruhi alam bawah sadar orang lain agar suka menolong dan berkurban tanpa pamrih jika kita biasa berbuat tulus.
Contoh: Lebih mudah terpengaruh untuk menolong dan berkurban tanpa pamrih oleh kata-kata Guru yang tulus atau Guru yang pamrih?

LEVEL 4 PANCALAKU: Zuhud (hati tidak terikat dunia)
Akan lebih mudah untuk mempengaruhi alam bawah sadar orang lain agar tidak mengejar harta, tahta,dan seks jika kita biasa hidup zuhud.
Contoh: Lebih mudah terpengaruh untuk tidak menumpuk harta, mengejar jabatan, dan tidak berzinah oleh kata-kata Guru yang zuhud atau Guru yang haus dunia?

LEVEL 5 PANCALAKU: Fanafillah (Menyatu dalam kehendak/karsa Allah)
Akan lebih mudah untuk mempengaruhi alam bawah sadar orang lain agar selalu intim dan berserah diri kepada Tuhan jika kita fanafillah.
Contoh: Lebih mudah terpengaruh untuk selalu intim dan berserah diri kepada Tuhan oleh kata-kata Guru yang fanafillah atau Guru yang egois?
Sekali lagi tidak perlu saya jawab, jawabannya sudah terbersit halus dalam hati nurani Anda, i’nsya Allah.

Teknik PancaLAKU ini diamalkan oleh semua Nabi Allah dan A’wliya’, seperti Bayazid al-Bisthami qs. Semoga kita dapat terbebas, merdeka dari ego dan hawa nafsu duniawi kita, sehingga dapat lebih mudah mempengaruhi alam bawah sadar orang-orang untuk hidup lebih positif dengan teknik PancaLAKU.

Gerakan SuaraHATI tidak mengambil gerakan frontal seperti Nabi Nuuh
atau Nabi Muusaa dalam “menghajar” habis kaum koruptor, tapi lebih pakai dakwah persuasif PancaLAKU memperbaiki secara inklusif bertahap dari “dalam”
seperti semangat dakwahnya Nabi Is-haaq, Nabi Ya’quub, Nabi Yuusuf dan Nabi I’ysaa as. Hal tersebut karena jika kita penjarakan semua koruptor maka mungkin kapasitas penjara di Indonesia tidak cukup, dan bahkan mungkin justru diisi oleh banyak pejabat tinggi negara dan aparat hukum. Melihat realitas sosial itu, maka Gerakan SuaraHati pakai gerakan Penyadaran Moral saja untuk memperbaiki sistem sosial yang ada. Karena jika dihukum juga, toh tidak sadar-sadar meskipun sudah ketangkap bisa lolos karena sistem hukum kita bobrok. Sebab  hukum di negeri ini bisa dibeli.

Berdasarkan pengalaman, peng-amalan maupun evaluasi diri selama 16 tahun lebih kerja sebagai birokrat, penulis menyimpulkan seseorang bisa militan tidak korup dan sekaligus melawan korupsi, di mana korupsi adalah pangkal dari semua problem sosial, jika kelima unsur PancaLAKU diterapkan. Selama ini, para aktivis intelektual apalagi para politisi gagal membentuk masyarakat anti-korupsi karena baru pada tataran wacana, tidak menyentuh ruhaniah para penyimaknya. Sedangkan para agamawan gagal ajak umatnya untuk tidak korup karena masih melihat cukup dengan LURUS-JUJUR saja (level 2 PancaLAKU) bisa basmi korupsi. Padahal berdasarkan pengalaman selama mengabdi menjadi birokrat, juga diperlukan sikap-amalan Tulus, Zuhud, dan Fanafillah (level 3 sd 5 PancaLAKU) guna berantas korupsi, pangkal dari semua problem sosial.

Banyak sahabat berusaha berantas korupsi hanya andalkan Level 2 (LURUS-JUJUR) akibatnya gagal, karena yang ingin diperbaiki adalah SISTEM BIROKRASI NEGARA yang sudah terkorupsi hingga akar-akarnya. Nah, untuk memberantas korupsi hingga akar-akarnya tidak cukup Level 2 Pancalaku (LURUS-JUJUR), tapi baru bisa dibasmi dengan mengamalkan kelima level PancaLAKU oleh seluruh masyarakat Indonesia. Mekanisme Psikologi-Moral-Sosial PancaLAKU dalam memberantas korupsi adalah sbb:

Level 1 RENDAH HATI: efeknya kita akan menjadi pribadi lembut, tidak arogan sehingga orang yang mau kita sadarkan agar tidak korupsi tidak merasa dimusuhi, tapi bisa kita rangkul agar mereka mau tobat.

Level 2 LURUS: pejabat-pejabat tinggi yang korup takkan berani libatkan apalagi maksakan orang-orang lurus dalam tim intinya/tim suksesnya, karena bisa-bisa kegiatan-kegiatan korupsi mereka untuk mempertahankan jabatan dan kekuasaan akan terbongkar dan gagal. Percayalah pejabat-pejabat tinggi negara yang korup lebih ngeri terhadap orang yang lurus 100%, daripada terhadap penguasa-penguasa dan jenderal-jenderal yang mata duitan, mata kekuasaan dan mata keranjang. Percayalah atasan paling takut bicara buka-bukaan di depan anak buahnya yang lurus, dibandingkan kepada atasannya yang sama-sama korup.

Level 3 TULUS: hal ini perlu karena jika usaha-usaha berantas korupsi kita tidak dihargai orang/institusi/parpol/ormas, kita tidak akan patah arang, karena kita berantas korupsi dengan tulus hati.

Level 4 ZUHUD: dengan sikap mental zuhud kita tidak tergoda/iri/cemburu terhadap orang-orang yang sukses dunia/karier/harta dlsb tapi hasil korupsi, karena kita sendiri zuhud terhadap dunia/karier/harta dlsb. Jadi bagaimanapun mungkin mau tergoda/iri/cemburu?

Level 5 FANAFILLAH: hanya melalui fanafillah, seorang dapat terbuka hijab egonya dan terkoneksi penuh dengan energi latho’if Ilahiah, yang dengan energi ilahiah itu kita dimudahkan Allah untuk melembutkan, membuka hati, mengarahkan dan kemudian memimpin orang-orang lain dan masyarakat luas ke jalan lurus.

Fanafillah di sini adalah “meng-nol-kan ego kita dalam hadirat-Nya”. Dan seseorang tiada mungkin bisa meng-nol-kan ego-nya sebelum terbiasa bersikap rendah hati.

Selanjutnya semakin kita belajar untuk bersikap rendah hati, maka kita akan mengerti bahwa tiada mungkin kita bisa mencapai PUNCAK Kerendahan Hati dalam hadirat-NYA sebelum kita terbiasa hidup LURUS JUJUR dalam keseharian di rumah, di tempat kerja, di tempat umum dan di mana saja.

Kemudian semakin kita belajar hidup lurus, kita akan mengerti bahwa tiada mungkin kita bisa mencapai Lurus 100% mengamalkan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sebelum kita bisa TULUS dalam beramal saleh sehari-hari di rumah, di tempat kerja, di tempat umum dan di mana saja.

Lalu semakin kita belajar hidup tulus-ikhlas, kita akan mengerti bahwa tiada mungkin kita bisa mencapai PUNCAK Ketulusan dan keikhlasan beribadah kepada-Nya sebelum kita terbiasa hidup ZUHUD dalam keseharian di rumah, di tempat kerja, di tempat umum dan di mana saja.

Terakhir semakin kita belajar zuhud, kita akan mengerti bahwa tiada mungkin kita bisa mencapai Zuhud 100% sebelum kita bisa FANAFILLAH dalam beraktifitas sehari-hari di rumah, di tempat kerja, di tempat umum dan di mana saja.

Akhirnya, orang yang rendah hati, lurus, tulus, zuhud belum tentu FANAFILLAH, tapi seseorang yang mencapai maqom (kondisi tetap spiritual) FANAFILLAH sudah pasti orangnya rendah hati, lurus, tulus dan zuhud.

Para Nabi Allah dan wali-wali Allah adalah orang-orang yang telah mencapai FANAFILLAH. Kita bukan nabi, namun jika kita dapat “senantiasa” rendah hati, lurus, tulus, zuhud selalu, maka kita yang lemah hina ini juga bisa mencapai maqom FANAFILLAH seperti para nabi dan Wali Allah. Kenalkan dengan Sunan Kalijaga qs.? Saat dipuja-puji dan dikagumi akan keilmuan, akhlak moral, dan kharisma spiritualnya oleh para penguasa, panglima-panglima perang hingga rakyat jelata, Sunan Kalijaga qs. menanggapinya dengan berkata: “Saya hanya murid dari Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Gunungjati dan murid dari Walisongo lainnya“. Itulah kerendahan hati dan salahsatu tanda hamba Allah yang telah mencapai maqom FANAFILLAH.

Motto Gerakan SuaraHATI adalah:
Hidup Bahagia dan Memperbaiki Kualitas Kehidupan Manusia dengan PancaLAKU

karena:
1. Semua manusia, apapun agama dan suku-bangsanya, mendambakan Hidup Bahagia Dunia-Akhirat
2. Tujuan Universal SuaraHATI adalah Memperbaiki Kualitas Kehidupan Manusia
3. Metode/Way of Life untuk mencapai point (1) dan (2) adalah dengan PANCALAKU (PANCA=LIMA; LAKU=Amalan Sikap Perilaku): ^rendah hati, ^lurus, ^tulus, ^zuhud (Hati tak terikat/tak melekat pada dunia, namun mengoptimalkan “dunia” (kekayaan/jabatan/keluarga/kekuasaan dan rezeki dunia lainnya) bagi kemanfaatan/kemaslahatan umat manusia, dan ^fanafillah (Lenyap (fana)-nya (ego) diri hingga Menyatu TOTAL dengan kehendak/karsa Tuhan Yang Esa) selalu.

Kalau para pejabat eksekutif, legislatif dan yudikatif serta profesor-profesor, doktor-doktor, para agamawan dan selebriti di negeri ini ingin disayangi dan dihormati, maka jadilah pribadi yang rendah hati, lurus, tulus dan zuhud maka akan disayangi dan dihormati oleh publik bukan karena “label” jabatan, titel akademis, keulamaan ataupun popularitas, tapi benar-benar karena karakter pribadinya. Orang-orang yang PancaLAKU-is tidak tunduk pada “label” jabatan dan titel-titel “dunia” lainnya, tapi bisa tunduk secara lahir dan batin kepada orang-orang yang berbudi sangat luhur lahir-batinnya, meskipun status sosialnya bukan siapa-siapa. Ibadah dan amal saleh apapun jika dilakukan dengan sikap rendah hati, lurus, tulus dan zuhud dapat membuat bagi yang menjalankannya menjadi manusia-manusia saleh yang FANAFILLAH.

“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
( QS. An-Nahl, ayat ke-96 sd ke-97 )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *